Jumat, 11 November 2011

Diksi / pilihan kata

Diksi, dalam arti aslinya merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara.

Pengertia diksi secara umum digambarkan dengan enunsiasi kata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. ini membicarakan pengucapan dan intonasi, dari pada pemilihan kata dan gaya.

Diksi memiliki beberapa bagian pendaftaran - kata formal atau informal dalam konteks sosial - adalah yang utama. Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan karakterisasi.
contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks.
Diksi terdiri dari delapan elemen: Fonem, Silabel, Konjungsi, Kata benda, Kata kerja.

1.Fonem adalah sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk bunyi.
Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi [k] dan [g] merupakan dua fonem yang berbeda, misalkan dalam kata "cagar" dan "cakar". Tetapi dalam bahasa Arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/.
Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah tiga fonem yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi] atau [provinsi] tetap sama saja.

2.Suku kata atau silabel adalah unit pembentuk kata yang tersusun dari satu fonem atau urutan fonem. Sebagai contoh, kata wiki terdiri dari dua suku kata: wi dan ki. Silabel sering dianggap sebagai unit pembangun fonologis kata karena dapat mempengaruhi ritme dan artikulasi suatu kata.

3.Konjungsi, konjungtor, atau kata sambung adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. Contoh: dan, atau, serta.
Preposisi dan konjungsi adalah dua kelas yang memiliki anggota yang dapat beririsan. Contoh irisannya adalah karena, sesudah, sejak, sebelum.

4.Kata benda (nomina) adalah jenis kata dalam Bahasa Indonesia yang dapat diterangkan menggunakan jenis kata-kata lain, misalnya kata sifat dan kata sandang. Contoh penggunaan misalnyaMobil merah.
Kata 'mobil' termasuk dalam jenis kata benda, sedangkan kata 'merah' termasuk dalam jenis kata sifat. Dalam contoh di atas, kata sifat 'merah' menerangkan kata benda 'mobil'. Kata 'benda' sendiri termasuk dalam kata-kata yang berjenis kata benda.

5.ata kerja adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan. pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Jenis kata ini biasanya menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat. Berdasarkan objeknya, kata kerja dapat dibagi menjadi dua: kata kerja transitif yang membutuhkan pelengkap atau objek seperti memukul (bola), serta kata kerja intransitif yang tidak membutuhkan pelengkap seperti lari.

Fungsi diksi adalah sebagai berikut:

1. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal,
2. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi)
sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca,
3. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar,
4. Menciptakan suasana yang tepat,
5. Mencegah perbedaan penafsiran,
6. Mencegah salah pemahaman, dan
7. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

Dalam penulisan karya sastra, sering seorang penulis membuat gaya tulisannya aneh bin nyleneh. Bahkan terkadang, pihak pembaca karya sastra merasa bingung atas karya yang diciptakan karena sulit untuk memahami tulisan yang dimaksud. Hal tersebut dikarenakan dalam karya sastra, biasanya seorang penulis yang memiliki daya estetika tinggi, selalu menggunakan bahasa tingkat kedua. Maksudnya bahasa tingkat kedua ialah penggunaan bahasa yang tidak bisa dibedah secara arti kata saja melainkan dibutuhkan bagaimana memaknai kata tersebut. Pendek kata mengartikan arti yang sudah ada.

Pemilihan diksi dalam ucapan dan penulisan menjadi bagian yang sangat penting. Dalam ucapan, seorang penutur seharusnya dituntut untuk berbicara tanpa ada ambigu dalam kata yang diucap. Mengapa? Supaya pendengar dapat mudah memahami. Begitupun dalam menulis artikel atau opini, memilih kata yang pasti dan tidak ambigu adalah hal yang harus dan wajib.
Berbeda dengan menulis karya sastra seperti genre puisi, malahan sebaliknya. Ke-ambiguan seakan suatu keharusan sebab dalam keambiguan tersebut, pembaca karya sastra dipersilahkan memahami puisi tersebut sesuai dengan pemahamannya. Sehingga karya tersebut akan multi interpretable (banyak interpretasi). Puisi dengan ke-ambiguan, menyerahkan segala makna pada pembaca dan penikmat. Kebebasan dalam interpretasi pembaca dihadirkan dalam puisi.

sumber :
http://fikri-allstar.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar